Feature Top (Full Width)

Jumat, 16 Juli 2021

Kenapa Banyak Pengajian dilaksanakan Selapanan Sekali? Ini alasannya

 

Sebagai seorang muslim kita semua memiliki kewajiban menuntut ilmu sejak lahir hingga akhir hayat. Apalagi mempelajari ilmu agama sebagai pedoman dasar kehidupan kaum muslim. Hal itulah yang menyebabkan pengajian di Indonesia sangatlah menjamur. Apalagi ditambah dengan mayoritas penduduk Indonesia memangkah orang islam. Pengajian awalnya diambil dari kata aji yang diberi awalan pe dan akhiran an yang berarti membuat aji atau membuat bagus. Pengajian dilaksanakan dengan harapan bisa membuat dan menambah bagus orang-orang yang mengikuti kegiatan pengajian tersebut. Kegiatan pengajian biasa disebut juga sebagai Majelis Ta’lim. Kata Majelis berarti tempat sedangkan Ta’lim berasan dari kata Ta’allama Yata’allamu Ta’liman yang artinya belajar. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Majlis Ta’lim merupakan Tempat belajar utamanya dalam hal agama bersama orang Alim atau orang yang berilmu.

 

Sejak masa kenabian, sebenarnya kaum muslim sudah melaksanakan pengajian sebagai sarana menuntut ilmu. Salah satunya adalah Pengajian Darul Arqam, Rumah dari al-Arqam bin Abi al-Arqam al-Makhzumi merupakan tempat pertama berkumpulnya para sahabat nabi untuk menuntut ilmu. Rumah tersebut menjadi tempat pengajian yang mana pendidik pertama dan utamanya adalah Nabi Muhammad SAW langsung. Di tempat inilah Nabi banyak mengajar dan berdiskusi bersama sahabat terutama masalah ilmu agama. Karena begitu pentingnya perkara mendatangi majlis ilmu ini, dalam Kitab Washiyatul Musthafa yang merupakan dawuh Nabi Muhammad SAW bersabda:

 

 إِذَا مَضَى عَلَى الْمُؤْمِنِ أَرْبَعُوْنَ صَبَاحًا وَلَمْ يُجَالِسْ  الْعُلَمَاءَ قَسَى قَلْبُهُ وَجَسَرَ عَلَى الْكَبَائِرِ لِأَنَّ الْعِلْمَ حَيَاةُ الْقَلْبِ

 

Idzaa madhaa ala al mu’mini arbauna shabahan wa lam yujalis al ulamaa qasaa qalbuhu wajasara ala al kabairi lianna al ilma hayaatu al qalbi.

 

Artinya:

Tatkala telah lewat 40 hari pada orang mukmin sedangkan ia tidak duduk bersama ulama' maka hatinya keras dan menerjang dosa-dosa besar, karena sesungguhnya ilmu adalah kehidupan hati.

 

Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa jika orang mukmin tidak duduk bersama orang alim lewat dari 40 hari maka akan menjadikan hati orang tersebut mengeras. Dan kerasnya hati ini menjadikan orang tersebut mudah untuk selalu berbuat dosa besar. Hal inilah yang mendasari bahwa banyak kegiatan pengajian atau Majlis Taklim yang dilaksanakan selapanan sekali atau lima minggu sekali (35 hari). Hal ini untuk mengantisipasi agar kaum muslim bisa berkumpul untuk bermujalasah bersama Alim atau orang pintar sebelum genap 40 hari tersebut. Dan bermujalasah bersama orang alim atau berkumpul dalam pengajian akan menjadikan hidupnya hati karea tersiramnya hati dengan ilmu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar