Tunisia merupakan sebuah negara kecil yang terletak di utara benua Afrika, berbatasan dengan
Libya sebelah timur dan Aljazair di sebelah barat. Luas Tunisia hanya 165.000
km² dengan jumlah penduduk 11,53 juta jiwa (Tahun 2017). Bahasa Arab menjadi
bahasa resmi negara dan bahasa Perancis sebagai bahasa kedua.
Sistem pendidikan di Tunisia sebenarnya mengadopsi dari sistem pendidikan Prancis, pendidikan di Tunisia adalah pendidikan dasar 9 tahun (Ibtidaaiyaah 6 tahun atau kalau di Indonesia
diibaratkan SD, Idaadiyaah 3 tahun atau kalau di Indonesia diibaratkan SMP ).
Pendidikan menengah (ta’lim tsanawi) memerlukan waktu 4 tahun, satu tahun
pertama pelajaran umum tanpa penjurusan, 3 tahun selanjutnya penjurusan. Ijazah
untuk pendidikan menengah adalah baccalaureat.
Di
ibtidaaiyah dari kelas 1 dan 2, hanya diajarkan pelajaran dasar: bahasa arab,
berhitung,tulis baca, puasa, cara shalat, dan alquran. Pada tahun ke-3
sekolah, ditambah dengan bahasa Prancis. Saat di kelas 4, 5, dan 6 ditambah
lagi dengan ilmu bumi dasar dan biologi. Seluruh pelajaran di ibtidaaiyah diajarkan
dalam bahasa Arab.
Sedangkan
idaadiyyah (persiapan) yang di Indonesia dikenal dengan SMP, belajarnya juga
tiga tahun. Mata pelajarannya meliputi matematika, biologi, fisika, tarbiyah islamiah,
ditambah bahasa Inggris dan memperdalam bahasa perancis, tapi sudah lebih
tinggi levelnya. Beda lainnya, di tingkat ibtidaaiyah seluruh
pelajaran diajarkan dengan bahasa Arab. Sedangkan di idaadiyyah, seluruh
pelajaran diajarkan dengan bahasa Prancis.
Kemudian, tingkatan kedua
dinamai ta’lim tsanawi (pendidikan menengah atas), di Indonesia dinamai SMA
atau madrasah tsanawiah. Yang berbeda, di Tunis, SMA itu belajarnya empat
tahun, sedangkan di Indonesia tiga tahun. Kemudian, di akhir tahun pertama diadakan
ujian. Berdasarkan hasil ujian ini, pada tahun ke-2, 3, dan 4, para siswa
dibagi jurusan menurut keahliannya. Jurusan bukan atas pilihan si murid, tapi
ditentukan dari hasil ujiannya di kelas 1. Di tsanawi, terbagi atas enam
jurusan: riadhiyat (matematika), sains, ekonomi, ilaamiyyah (informatika), dan
olah raga yang kesemuanya dikategorikan ke dalam jurusan umum (5 jurusan
umum). Dan satu jurusan khusus/jurusan agama yang mempelajari
filsafat, adab, syariah, bahasa arab, dan ilmu sosial. Pada akhir tahun ke-4,
barulah diadakan ujian akhir. Indonesia menyebutnya Ujian Nasional (UN). Di
Tunis namanya baccaleuriat dalam bahasa Prancis, tapi orang Tunis mengucapnya
bacalori. Untuk menjaga mutu, mereka perketat sistem kelulusan. Di tingkat
tsanawi (menengah atas), bila tidak lulus ujian bacalori (ujian akhir), siswa
wajib ulang. Istilahnya tadaaruk. Bila juga tak lulus, maka harus duduk kembali
di kelas 4. Diberi waktu tiga tahun atau tiga kali bila juga tak lulus, maka
siswa tersebut tidak dibenarkan melanjutkan kuliah.
Kalau lulus bacalori, siswa
bisa langsung lanjut kuliah yang sesuai dengan jurusan masing-masing. Tak ada
lagi ujian masuk perguruan tinggi. Tapi ia tak boleh ke universitas atau prodi
lain yang berbeda dengan jurusan yang telah ditentukan ketika belajar di
tsanawi.
Yang ketiga adalah
ta’lim ‘ali (pendidikan tinggi). Ini berbeda aturannya antara satu universitas
dengan yang lainnya. Ada universitas yang untuk S1-nya, perlu waktu belajar
lima tahun. Tapi ada pula yang hanya tiga tahun, seperti di Universitas
Zaituna.
Yang juga menarik adalah
jurusan sains (di Indonesia teknik -red) S1 belajarnya enam tahun. Kalau lulus,
dapat gelar muhandis (insinyur). Hebatnya insinyur di Tunis, dapat gelar ganda.
Mereka sudah dianggap menyelesaikan S2 (magister) dan langsung bisa lanjut ke
program doktor. Tapi, tidak untuk semua jurusan, hanya untuk insinyur.
Ini tulisan apa bisa diperbaharui dengan informasi yang baru?..
BalasHapus