Feature Top (Full Width)

Rabu, 09 Mei 2018

Belajar dari Sistem Pendidikan Tunisia



Tunisia merupakan sebuah negara kecil yang terletak di utara benua Afrika, berbatasan dengan Libya sebelah timur dan Aljazair di sebelah barat. Luas Tunisia hanya 165.000 km² dengan jumlah penduduk 11,53 juta jiwa (Tahun 2017). Bahasa Arab menjadi bahasa resmi negara dan bahasa Perancis sebagai bahasa kedua.
Sistem pendidikan di Tunisia sebenarnya mengadopsi dari sistem pendidikan Prancis, pendidikan di Tunisia adalah pendidikan dasar 9 tahun (Ibtidaaiyaah 6 tahun atau kalau di Indonesia diibaratkan SD, Idaadiyaah 3 tahun atau kalau di Indonesia diibaratkan SMP ). Pendidikan menengah (ta’lim tsanawi) memerlukan waktu 4 tahun, satu tahun pertama pelajaran umum tanpa penjurusan, 3 tahun selanjutnya penjurusan. Ijazah untuk pendidikan menengah adalah baccalaureat.
Di ibtidaaiyah dari kelas 1 dan 2, hanya diajarkan pelajaran dasar: bahasa arab, berhitung,tulis baca, puasa, cara shalat, dan alquran. Pada tahun ke-3 sekolah, ditambah dengan bahasa Prancis. Saat di kelas 4, 5, dan 6 ditambah lagi dengan ilmu bumi dasar dan biologi. Seluruh pelajaran di ibtidaaiyah diajarkan dalam bahasa Arab. 
Sedangkan idaadiyyah (persiapan) yang di Indonesia dikenal dengan SMP, belajarnya juga tiga tahun. Mata pelajarannya meliputi matematika, biologi, fisika, tarbiyah islamiah, ditambah bahasa Inggris dan memperdalam bahasa perancis, tapi sudah lebih tinggi levelnya. Beda lainnya, di tingkat ibtidaaiyah seluruh pelajaran diajarkan dengan bahasa Arab. Sedangkan di idaadiyyah, seluruh pelajaran diajarkan dengan bahasa Prancis.
Kemudian, tingkatan kedua dinamai ta’lim tsanawi (pendidikan menengah atas), di Indonesia dinamai SMA atau madrasah tsanawiah. Yang berbeda, di Tunis, SMA itu belajarnya empat tahun, sedangkan di Indonesia tiga tahun. Kemudian, di akhir tahun pertama diadakan ujian. Berdasarkan hasil ujian ini, pada tahun ke-2, 3, dan 4, para siswa dibagi jurusan menurut keahliannya. Jurusan bukan atas pilihan si murid, tapi ditentukan dari hasil ujiannya di kelas 1. Di tsanawi, terbagi atas enam jurusan: riadhiyat (matematika), sains, ekonomi, ilaamiyyah (informatika), dan olah raga yang kesemuanya dikategorikan ke dalam jurusan umum (5 jurusan umum).  Dan satu jurusan khusus/jurusan agama yang mempelajari filsafat, adab, syariah, bahasa arab, dan ilmu sosial. Pada akhir tahun ke-4, barulah diadakan ujian akhir. Indonesia menyebutnya Ujian Nasional (UN). Di Tunis namanya baccaleuriat dalam bahasa Prancis, tapi orang Tunis mengucapnya bacalori. Untuk menjaga mutu, mereka perketat sistem kelulusan. Di tingkat tsanawi (menengah atas), bila tidak lulus ujian bacalori (ujian akhir), siswa wajib ulang. Istilahnya tadaaruk. Bila juga tak lulus, maka harus duduk kembali di kelas 4. Diberi waktu tiga tahun atau tiga kali bila juga tak lulus, maka siswa tersebut tidak dibenarkan melanjutkan kuliah. 
Kalau lulus bacalori, siswa bisa langsung lanjut kuliah yang sesuai dengan jurusan masing-masing. Tak ada lagi ujian masuk perguruan tinggi. Tapi ia tak boleh ke universitas atau prodi lain yang berbeda dengan jurusan yang telah ditentukan ketika belajar di tsanawi.
 Yang ketiga adalah ta’lim ‘ali (pendidikan tinggi). Ini berbeda aturannya antara satu universitas dengan yang lainnya. Ada universitas yang untuk S1-nya, perlu waktu belajar lima tahun. Tapi ada pula yang hanya tiga tahun, seperti  di Universitas Zaituna.
Yang juga menarik adalah jurusan sains (di Indonesia teknik -red) S1 belajarnya enam tahun. Kalau lulus, dapat gelar muhandis (insinyur). Hebatnya insinyur di Tunis, dapat gelar ganda. Mereka sudah dianggap menyelesaikan S2 (magister) dan langsung bisa lanjut ke program doktor. Tapi, tidak untuk semua jurusan, hanya untuk insinyur.


1 komentar:

  1. Ini tulisan apa bisa diperbaharui dengan informasi yang baru?..

    BalasHapus